Laman

Pengikut

Kamis, 23 Mei 2013

♥ Memberi adalah Puncak Keinginan Para Pecinta


 Memberi adalah Puncak Keinginan Para Pecinta

“Pada dia yang kucinta, kadang ku tergoda mengiba imbalan.
Beruntung segera kuinsyafi bahwa cinta adalah pemberian.”

Sesejatinya cinta adalah pemberian.
Tengoklah ketulusan pemberian seorang ibu pada anaknya.
Ia lah wujud keluhuran cinta kala kita ingin melihatnya.
Maka mudah lah bagi kita jika ingin mengukur apakah cinta ini telah murni.
Yakni mencermati seberapa jauh diri ini dari sosok pemberi tanpa mengharap kembali.
Adalah tabiat dasar insan tuk mengharap imbalan atas apa yang telah dilakukan.
Ia wajar.

Namun belumlah layak disebut cinta jika apa-apa nan dilakukan masih terkait pada apa-apa nan didapatkan.
Sebab sepenuh-penuh cinta adalah pemberian, pengabdian.
Lalu dari mana datangnya kebahagiaan?
Ya, tak lain dari kegiatan memberi itu sendiri.
Memberi, adalah puncak keinginan para pecinta.

_/\_ 
♡ (_¸.•’´ *♫♪(✿◠‿◠)♫♪* `’•.¸_)
matursuwun pak Teddi.P

Rabu, 08 Mei 2013

♥ Perbedaan ‘Orang Benar’ dan ‘Orang yang Merasa Benar’



Orang benar, tidak akan berpikiran bahwa ia yang paling benar..
Sebaliknya, orang yang merasa benar, di dalam pikirannya hanya dirinya yang paling benar.

Orang benar, akan menyadari kesalahannya..
Sedangkan orang yang merasa benar, tidak akan perlu mengaku salah.

Orang benar setiap saat akan berintrospeksi diri dan merendahkan hati..
Tetapi orang yang merasa benar, merasa tidak perlu introspeksi diri, karena sudah merasa benar, maka selalu tinggi hati.

Orang benar memilki kelembutan hati, maka ia akan dapat menerima masukan dan kritikan dari siapa saja, bahkan dari seorang anak kecil sekalipun..
Sementara orang yang merasa benar , hatinya lebih keras dari batu, karena itu tak ada masukkan dan kritikan yang akan berkenan di hatinya.

Orang benar akan selalu menjaga perilakunya dengan benar. Berkata-kata penuh kehati-hatian dan selalu berpikir benar..
Orang merasa benar, bisa berpikir, berkata dan berbuat  sekehendak hatinya tanpa mempedulikan orang lain.

Pada akhirnya orang benar akan di hormati, di cintai dan di segani oleh hampir semua orang..
Namun orang yang hidupnya merasa selalu benar hanya akan disanjung oleh orang-orang yang berpikiran sempit yang sepemikiran dengannya dan orang-orang yang ingin memanfaatkan dirinya.

Termasuk tipe yang manakah diri kita?
Apakah kita ini orang benar, atau hanya merasa benar?
Mari sama-sama bercermin dan berusaha berjalan ke arah yang benar..

Tidak perlu mengarahkan telunjuk kepada orang lain,
Tidak perlu malu mengakuinya..
Biarkan nurani yang menginstrospeksinya..
 _/\_  Maaf lahir bathin..

Kamis, 02 Mei 2013

♥ Menginsafi Makna Kemuliaan


♥ Menginsafi Makna Kemuliaan


☆ Renungan di Hari Pendidikan Nasional..

Sedih ketika mendengar seorang guru mememotivasi,
“MESKIPUN orangtua kalian HANYA seorang petani, kalian harus tetap hormat.”

Sepertinya memotivasi, tetapi kalimat ini sesungguhnya menghancurkan kebanggaan rasa hormat dan kebanggaan anak pada orangtua.
Kalimat motivasi yang membanggakan manusia dari apa yang dicapai, bukan jerih-payah dan tanggung jawab, efektif untuk menghancurkan budaya karakter.

Miris ketika mendengar seorang guru berkata :
“Anak-anak, kalau kalian rajin belajar, kalian akan menjadi orang SUKSES. Bukan CUMA petani.”
“Kalau kalian pintar, kalian bisa menjadi pejabat tinggi. Bukan SEKEDAR pegawai rendahan.”

Seakan kemulian manusia terletak pada jabatan..
Disekolah semacam itu, pantaskah mereka bicara karakter? Sedangkan kegigihan, integritas, sikap mulia justru mereka hancurkan sejak dini..
Disekolah yang buruk seperti itu pantaskah kita berharap lahirnya orang-orang shalih yang mencintai atas dasar iman?
Sedangkan para gurunya justru menginspirasi anak didiknya untuk mencintai dunia yang tak peduli bagaimana mendapatkannya. Bukan iman…

Sedih mendengar motivasi,
“Bayangkan! Betapa bangga orangtua kalian jika kalian menjadi orang-orang sukses. Kalian menjadi direktur perusahaan atau gubernur.”
“Anak-anak, apakah kalian mau menjadi orang biasa? Apakah kalian mau hanya menjadi seorang tukang kebun?”

Maka bagaimana mungkin anak-anak itu bangga dan hormat kepada bapaknya yang “orang biasa” jika sekolah belajar merendahkannya?
Bagaimana mungkin anak-anak akan hormat pada guru, sedangkan para guru sendiri tak merasa bangga dengan prosfesinya?
Maka bagaimana mungkin anak-anak itu akan bersedia berpayah-payah jika semenjak awal mereka diajari untuk merendahkan kerja keras dan kesungguhan?
Maka bagaimana anak-anak akan belajar memuliakan sikap rendah hati jika mereka diajari untuk rendah diri?
Maka sudah seharusnya jika ana-anak itu malu hanya karena penampilan tak sama kerennya dibanding temannya. Malu hanya karena HP dianggap jadul.

Sudah seharusnya itu terjadi karena guru mengajarkannya. Mereka merasa memotivasi, tapi sebenarnya menghancurkan kepribadian. Mereka hancurkan mental anak karena para guru itu telah silau memandang dunia.
Disaat seperti itu, apakah yang dapat kita harapkan untuk ana-anak kita?
Apakah yang dapat kita nantikan dari sekolah yang rapuh kemuliaan?
Lalu dapatkah kita berharap lahirnya orang biasa yang berperan besar dalam sejarah seperti Abu Dzar Al-Ghifari, Bilal, Abu Hurairah dan lain2nya?
Rasanya jauh..jauh..Amat jauh. Meskipun harapan itu masih ada..

QS 21: 37
“Manusai diciptakan (bersifat) tergesa-gesa. Kelak Aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasaanKu. Maka janganlah kamu meminta Aku menyegerakannya”

-Ustadz Moh. Fauzil Adhim @kupinang-

_/\_ ♡ Maaf lahir bathin..