Laman

Pengikut

Sabtu, 03 Desember 2011

Belajar dari 8 hal saja...

Abu Abdurrahman Hatim seorang sufi terkenal adalah seorang murid yang pada suatu hari gurunya bernama Syaqiq Al-Bakhri bertanya kepadanya, “Berapa lama engkau telah berguru kepadaku?”

“Tiga puluh tahun,” jawab Hatim.
“Selama itu?, apa saja yang telah kau pelajari dariku,” Tanya Syaqiq sang guru.
“Delapan hal saja.”

Sang guru berkata dengan gusar, “Sia-sia saja umurku bersamamu. Selama ini kau belajar  hanya delapan hal saja?,”

“Tuan guru, memang aku tidak mendapatkan sesuatu selain itu. Akupun tidak ingin berdusta.” Kata Hatim. Kemudian sang guru bertanya lagi, “Jelaskan yang delapan itu, aku ingin dengar.”
Inilah jawaban Hatim :

“Aku lihat semua orang punya kekasih. Dia ingin sehidup semati dengan kekasihnya. Aku pilih amal saleh sebagai kekasihku, karena ia yang akan menyertaiku bila aku masuk kubur, juga menemaniku ketika menghadap panggilan ilahi kelak.”

“Benar sekali, Hatim. Lalu apa yang kedua?”

“Aku perhatikan firman Allah : “Adapun orang yang takut dihadapan kebesaran Tuhannya dan menahan hawa nafsunya, surgalah tempat tinggalnya. Tuhan benar, aku memilih surga. Aku berjuang mengendalikan hawa nafsuku.

“Engkau betul, apa yang ketiga?”

“Setiap orang memiliki kekayaan. Dia menghargai, menilai dan memelihara kekayaan itu. Aku perhatikan firman Allah: “Apa yang ada padamu akan hilang. Apa yang ada di sisi Allah abadi.” Kapan saja aku memperoleh kekayaan, aku serahkan kekayaanku untuk Allah, supaya terpelihara di sisi Nya.

“Bagus sekali Hatim, apa yang keempat?”

Aku melihat semua orang mempunyai nilai yang dikejarnya, harta pangkat, kemuliaan dan keturunan. Aku perhatikan firman Allah : “Yang termulia di antara kamu adalah yang paling takwa.” Aku ingin menjadi orang yang paling mulia. Karena itu aku memilih takwa dan semuanya bagiku menjadi tidak benilai....”

“Baik sekali ya Hatim, apa yang kelima?”

“Aku perhatikan orang saling menusuk, menyakiti dan saling mengutuk. Semuanya karena dengki. Padahal Allah berfirman : “Aku-lah yang membagi-bagikan penghidupan mereka dalam kehidupan di dunia ini.” Aku tinggalkan dengki. Aku jauhi pertikaian di antara orang banyak.

“Engkau benar, apa yang keenam?”

“Semua orang mempunyai musuh yang akan mereka perangi. Menurut firman Allah, “Sesungguhnya setan itu musuh bagimu, jadikanlah ia musuh.” Aku jadikan setan musuhku. Aku lepaskan permusuhanku dengan mahluk yang lain.”

“Benar pula, apa yang ketujuh?”

“Aku melihat orang berebutan rezeki. Kadang-kadang sampai ada orang yang menghinakan dirinya, memasuki yang tidak halal. Aku perhatikan firman Allah.”Tidak ada yang merangkak di bumi melainkan rezekinya ada pada Allah.” Aku adalah salah satu yang merangkak di bumi. Aku kerjakan kewajibanku kepada Allah.  Dan aku tidak hiraukan apa kewajiban Allah bagiku.”

“Dan yang terakhir, erat kaitannya dengan yang ketujuh. Setiap orang bersandar pada mahluk untuk mencari rezekinya. Allah berfirman : “Siapa yang menyandarkan diri pada Allah, Allah akan mencukupkan rezekinya.” Dan aku bersandar pada Allah saja.”

“Ya Hatim,” kata Syaqiq sang guru, “Semoga Allah senantiasa membimbingmu. Menurutku, seluruh isi Taurat, Injil, Zabur, dan Al Quran dapat disimpulkan dalam kedelapan hal itu...

---Semoga kita bisa menjadi sebijak seperti Abu Abdurrahman Hatim, dengan hidup yang simpel tapi penuh dengan makna.. --- Amien...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar